Berlatih parafrasa untuk mengindari plagiasi. Silakan saudara akses artikel pada laman https://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/6963/pdf

Berlatih parafrasa untuk mengindari plagiasi. Silakan saudara akses artikel pada laman https://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/6963/p

Halooo, apakabar semuanya??? Semoga dalam keadaan sehat yaa.

Kali ini saya akan memberikan pengetahuan dan jawaban mengenai "Berlatih parafrasa untuk mengindari plagiasi. Silakan saudara akses artikel pada laman https://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/6963/pdf selanjutnya ambillah/gunakanlah 5 kutipan yang sudah dipakai oleh peneliti, lalu tulis/parafrasakan dengan menggunakan kalimat sendiri.". Jawaban yang saya berikan dibawah ini murni pendapat pribadi, boleh digunakan untuk referensi dalam menjawab soal yang serupa. 

Bagi kamu yang ingin melihat jawabannya, langsung saja lihat dibawah ini ya.

Soal

Berlatih parafrasa untuk mengindari plagiasi. Silakan saudara akses artikel pada laman https://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/6963/pdf selanjutnya ambillah/gunakanlah 5 kutipan yang sudah dipakai oleh peneliti, lalu tulis/parafrasakan dengan menggunakan kalimat sendiri.

Jawaban Pertama

  1. Diane (2015) menyatakan bahwa pada dasarnya bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi individu yang digunkan untuk mengekspresikan berbagai ide, arti, perasaan dan pengalaman. Sebuah komunikasi berdasarkan kata-kata dan tata bahasa merupakan salah satu pengertian bahasa. 
  2. Fitriah & Hidayat (2018) menyatakan bahwa bahasa memiliki fungsi dodial untuk menghubungkan manusia dengan yang lainnya. Maka dari itu sesama manusia dapat saling bertegur sapa, saling bertukar pikiran untuk memenuhi kebutuhannya melalui bahasa. 
  3. Hermanto (2019) menyatakan bahwa sebuah terapan dari perilaku yang dilakukan seseorang dengan baik adalah pengertian dari sopan santun. 
  4. Theunissen (2019) menyatakan bahwa pembentukan dan perkembangan hubungan dipengaruhi oleh tingkat kesopanan atau ketidak sopanan dalam semua interaksi komunikatif. 
  5. Efendi & Endriati (2020) menyatakan bahwa bahasa Jawa merupakan ciri khas dalam perilaku sosial, rasa hormat dan kepekaan terhadap orang lain. 

Jawaban Kedua

1. Sikap saling menerima, menghargai nilai- nilai, keyakinan, budaya, cara pandang yang berbeda tidak otomatis akan berkembang sendiri. Apalagi karena dalam diri seseorang ada kecenderungan untuk berharap orang lain menjadi seperti dirinya (Ruslan Ibrahim, 2008).

Parafrasa:
Menjunjung tinggi  dan menghormati norma norma kehidupan, kepercayaan, kebudayaan dan presfektif orang lain yang berbeda tidak dapat berkembang dengan sendirinya. Terlebih lagi dalam setiap individu memiliki kecondongan untuk mengharapkan orang lain melakukan hal sama dengan dirinya.

2. Secara ideal, pluralisme kebudayaan multikulturalisme berarti penolakan terhadap kefanatikan, purbasangka, rasialisme, tribalisme, dan menerima secara inklusif keanekaragaman yang ada. (Haviland, 1988).

Parafrasa :
Pluralisme kebudayaan dalam multikulturalisme dapat diartikan dengan adanya penentangan terhadap keyakinan berlebihan kepada salah satu agama atau kepecayaan tertentu, kecurigaan berlebihan, menganggap ras (keturunan) juga suku bangsa sendiri paling unggul dan dengan mengajak untuk dapat menerima semua perbedaan.

3. Fay (1998) mengatakan dalam dunia multikultural harus mementingkan adanya bermacam perbedaan antara yang satu dengan yang lain dan adanya interaksi sosial di antara mereka.

Parafrasa :
Dalam multikulturalisme selayaknya untuk mengutamakan dan menerima beragam perbedaan sehingga dapat saling behubungan dari satu individu dengan individu lainnya, individu dengan kelompok,  ataupun dari satu kelompok dengan kelompok lainnya.

4. Banks (2001) berpendapat bahwa pendidikan multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan yang mengkaji dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara.

Parafrasa :
Pendidikan multikultural pada hakikatnya rangkaian keyakinan dan definisi yang dapat meninjau dan mengukur betapa pentingnya perbedaan budaya dan etnis dalam pembentukan tradisi, pemahaman dan pengalaman hubungan sosial, peran setiap individu, peluang dan kesempatan pendidikan setiap orang, kelompok ataupun negara.

5. Dengan pendidikan multikultural seseorang sejak dini mampu menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati, toleransi pada sesama tanpa memandang status, kelas sosial, golongan, gender, etnis, agama maupun kemampuan akademik (Farida Hanum, 2005).

Parafrasa:
Pendidikan multikultural yang ditanamkan sejak awal akan dapat  membuat setiap orang lebih memahami arti keragaman, perbedaan pandangan, dan memiliki sikap tenggang rasa, toleransi kepada orang lain tanpa melihat perbedaan dari kedudukan, status sosial, golongan, jenis kelamin, keturunan, agama dan kepercayaan maupun tingkat pendidikannya.  

Jawaban Ketiga

1. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tingkat kecenderungan kasus gangguan kesehatan mental sebanyak 6% dari usia 15 tahun keatas. Untuk menurunkan angka tersebut layanan kesehatan mental harus dibuat semaksimal mungkin agar masyarkat memiliki tingkat kesadaran yang tinggi.

2. Namun nyataannya penggunaan layanan kesehatan mental belum maksimal, karena terhalang dengan stigma penderita gangguan mental yang datang dari individu maupun lingkungan sosial.

3. Menurut Goffman, 1963; Lestari & Wardhani, 2014 Stigma terdiri dari dua komponen, yaitu stigma publik dan stigma individu. Stigma publik adalah pandangan dan reaksi negatif yang dilakukan masyarakat pada penderita gangguan jiwa. Sedangkan, stigma individu adalah stigma masyarakat yang diterima dan dimengerti oleh individu penderita yang bisa menurunnya rasa percaya diri dan harga diri.

4. Menurut Suryani pada tahun 2013. Di Indonesia, stigma yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa masih sangat kuat, sehingga penderita merasa terkucilkan. Sedangkan stigma yang dilakuan oleh individu membuat penderita menolak diagnosa gangguan jiwa dan pada akhirnya penderita menolak pengobatan.

5. Dapat disimpulkan dari adanya hubungan antara stigma masyarakat dan individu untuk melakukan pengobatan atas gangguan jiwa yaitu dengan, mengedukasi publik mengenai kesehatan mental dan apakah kegunaan layanan kesehatan mental itu, selain menurunkan stigma, juga dapat meningkatkan kesediaan individu untuk mencari dan menggunakan layanan kesehatan mental.

Jawaban Keempat

Hasil parafrasa untuk mengindari plagiasi pada artikel "ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PENULISAN MEDIA LUAR RUANG DI KABUPATEN BOJONEGORO" https://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/6963/pdf

1.)
 
Naskah Asli:
 
Kesalahan berbahasa menurut Setyawati (2010, p. 15) adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.
 
Hasil Parafrase:
 
- Setyawati (2010, p. 15) menyatakan bahwa kesalahan dalam berbahasa adalah penggunaan bahasa yang bergeser dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau bergeser dari norma kemasyarakatan dan bergeser dari tata bahasa Indonesia, yang dilakukan secara lisan maupun tulisan.
 
2.)
 
Naskah Asli:
 
Penelitian kualitatif menurut Strauss dalam Golafshani (2003, p. 600) yaitu suatu jenis penelitian tentang segala hal yang hasil penelitiannya tidak melalui prosedur statistik atau hitungan.
 
Hasil Parafrase:
 
- Strauss dalam Golafshani (2003, p. 600) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang terkait dalam semua hal yang hasil dari penelitiannya tidak menggunakan langkah-langkah statistik maupun hitungan.
 
 
3.)
 
Naskah Asli:
 
Hal ini diperkuat dengan pendapat Warsiman (2010: 66) bahwa lambang bilangan yang menyatakan ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, dan nilai uang, dapat ditulis dengan angka. Misal. Pukul 11.30.
 
Hasil Parafrase:
 
- Warisman (2010: 66) memperkuat pendapat dan menyatakan bahwa lambang bilangan yang menjelaskan tentang ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, dan nilai uang, bisa ditulis menggunakan angka. Contoh: Pukul 11.30.
 
 
4.)
 
Naskah Asli:
 
Selain itu, berdasar pada Permendiknas (2009: 25) dijelaskan bahwa penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam. Misal. Pukul 07.30, pukul 22.00. Aturan tersebut selalu menggunakan kata “pukul” bukan “jam”.
 
Hasil Parafrase:
 
- Permendiknas (2009: 25) menyatakan bahwa penulisan waktu menggunakan angka pada sistem 24 tidak membutuhkan keterangan bagian-bagian hari. Misal. Pukul 07.30, pukul 22.00. Aturan ini menggunakan kata "pukul" bukan "jam".
 
5.)
 
Naskah Asli:
 
Terkait penggunaan WIB, dalam Permendiknas nomor 46 Tahun 2009 tidak dijelaskan. Sehingga penggunaan “WIB” menurut penulis sudah benar atau tulisan “WIB” dapat dihilangkan saja, karena dengan dalih bahwa seseorang yang membaca baliho tersebut tahu dan mengerti jika Kabupaten Bojonegoro ini berada di Waktu Indonesia bagian Barat (WIB).
 
Hasil Parafrase:
 
- Permendiknas nomor 46 Tahun 2009 tidak menjelaskan tentang penggunaan Waktu Indonesia Barat (WIB). Dengan demikian, penulis menyatakan tulisan "WIB" sudah tepat dan bisa juga tulisan "WIB" dihapus,
karena, tanpa tulisan "WIB" orang-orang sudah mengetahui bahwa Kabupaten Bojonegoro termasuk dalam zona waktu Indonesia bagian Barat.

Akhir Kata

Sekian jawaban dari "Berlatih parafrasa untuk mengindari plagiasi. Silakan saudara akses artikel pada laman https://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/6963/pdf". Semoga jawaban disini membantu dan bermanfaat untuk kalian semua. Terimakasih telah berkunjung di Fivser.com

Content Creator For Fivser.com

Post a Comment

Jangan Spam, Jangan Berkata Kasar dan Kotor
© Fivser. All rights reserved. Developed by Jago Desain